TAKALAR DESA NUSANTARA Di pesisir Desa Punaga, Kecamatan Laikang, Kabupaten Takalar, denyut kehidupan masyarakat berpacu dengan pasang surut laut. Rumput laut menjadi nadi utama ekonomi warga, sekaligus identitas daerah yang telah lama dikenal sebagai sentra produksi rumput laut terbesar di Sulawesi Selatan.
Bagi masyarakat Takalar, rumput laut bukan sekadar hasil laut, melainkan sumber penghidupan utama yang menopang kesejahteraan ribuan keluarga pesisir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Kabupaten Takalar tercatat sebagai penghasil rumput laut terbesar di Sulawesi Selatan pada tahun 2022, dengan total produksi mencapai 528.504 ton.
Desa Punaga yang memiliki luas 924,46 hektare dan dihuni sekitar 2.800 jiwa tersebar di lima dusun, menjadi salah satu daerah penyumbang utama produksi tersebut. Letaknya sekitar 35 kilometer dari Kantor Bupati Takalar. Pesisir Punaga dikenal dengan air laut yang jernih dan tenang, kondisi ideal untuk budidaya rumput laut berkualitas tinggi.
Jenis yang banyak dibudidayakan warga adalah Eucheuma cottonii berwarna hijau. Tanaman laut ini menjadi primadona karena bibitnya mudah didapat dan memiliki nilai jual yang relatif stabil di pasaran. Kesuksesan ini tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi geografis yang mendukung, tetapi juga oleh tradisi maritim yang telah mengakar kuat di kalangan masyarakat pesisir Punaga.
Melihat potensi besar tersebut, pada September 2025 Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan bersama Universitas Hasanuddin meluncurkan Program Rumah Bibit Rumput Laut di Desa Punaga. Program ini bertujuan untuk memperkuat kualitas bibit, meningkatkan produktivitas, dan memperkenalkan konsep budidaya berkelanjutan yang ramah lingkungan.
Inisiatif ini diharapkan mampu meningkatkan daya saing produk rumput laut asal Takalar di pasar nasional maupun ekspor. Selain itu, program tersebut menjadi bentuk sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam memperkuat ketahanan ekonomi pesisir.
Dengan potensi yang dimilikinya, Desa Punaga bukan sekadar penghasil rumput laut, tetapi juga simbol kemandirian ekonomi berbasis sumber daya lokal yang lestari dan berdaya saing.
Redaksi01-Alfian