SUKABUMI – Suara dentuman logam masih akrab terdengar dari bengkel-bengkel kecil di Desa Cibatu, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Di balik riuh aktivitas para perajin, tersimpan warisan sejarah panjang yang kini kembali menggema hingga ke tingkat internasional.
Sebuah karya khas dari desa ini, berupa pedang buatan tangan, baru-baru ini dipilih oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, sebagai suvenir resmi untuk Presiden Rusia, Vladimir Putin. Momen tersebut menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat setempat.
“Kalau kirim ke luar negeri kita sudah biasa, tapi kalau sampai jadi suvenir untuk Presiden Rusia, itu luar biasa. Ini prestasi besar bagi desa kami,” kata Kepala Desa Cibatu, Asep Rahmat.
Desa Cibatu memang dikenal sebagai sentra kerajinan logam sejak era kolonial Belanda. Produk-produk seperti cangkul, pisau dapur, pedang pora, hingga sangkur militer telah lama menjadi andalan desa ini. Bahkan, menurut Asep, Presiden Soeharto pernah secara langsung memesan pedang dari kakeknya.
Kini, lebih dari 100 kepala keluarga di desa ini menggantungkan hidup dari kerajinan logam. Produk mereka tak hanya laris di pasar lokal, tetapi juga merambah Malaysia, Thailand, dan Timur Tengah. Beberapa instansi militer, termasuk Vindad TNI di Bandung dan Kodim 0604 Karawang, telah lama menjadi pelanggan tetap.
Salah satu tokoh penting di balik prestasi internasional ini adalah Adam, pemilik Sadam Sajam Masterpiece. Dialah pembuat pedang yang diberikan oleh Presiden Prabowo kepada Presiden Rusia dan sebelumnya kepada Presiden Prancis dalam kunjungan 28 Mei 2025.
“Ini pedang tersulit yang pernah kami buat. Dikerjakan oleh lima pengrajin, siang malam kami selesaikan dalam waktu 1 sampai 1 bulan setengah,” kata Adam.
Adam dan timnya tak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga membuktikan bahwa budaya lokal bisa menjadi bagian dari diplomasi internasional.
Pemerintah Desa Cibatu turut aktif mendorong modernisasi. Melalui pelatihan, dukungan alat produksi, hingga pengembangan akses digital, mereka ingin memastikan warisan ini terus relevan.
“Zaman sekarang digital semua. Kita juga harus ikut. Pemerintah desa akan terus support, bukan cuma alat, tapi juga pelatihan dan akses pasar digital,” tegas Asep.
Kisah Desa Cibatu membuktikan bahwa tradisi bukan sekadar kenangan, melainkan aset hidup yang bisa menjembatani masa lalu dengan masa depan, dan mengangkat nama Indonesia di mata dunia.
Redaksi03