UPAYA membangun kemandirian ekonomi desa tak lagi sebatas wacana. Kali ini, kolaborasi lintas sektor berhasil menghadirkan inisiatif nyata lewat program pemberdayaan pertanian sorgum di Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Program ini merupakan hasil sinergi antara Bank Mandiri, Koperasi Produsen Gerak Nusantara Bogor Raya (K-GNBR), dan Pemerintah Kabupaten Bogor melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD).
Melalui gerakan bertajuk Mandiri Sahabat Desa, Bank Mandiri memperkuat peran strategisnya dalam mendukung pembangunan nasional, khususnya pada sektor ekonomi kerakyatan berbasis agrikultur. Program ini melibatkan edukasi teknik pertanian sorgum berkelanjutan, inovasi teknologi pertanian modern, hingga akses pasar, yang akan berlangsung selama 10 bulan ke depan.
Sorgum, tanaman pangan alternatif dengan nilai ekonomi tinggi dan daya adaptasi yang kuat, dipilih sebagai komoditas unggulan dalam program ini. Di tengah tantangan iklim dan fluktuasi harga komoditas, sorgum dinilai mampu menjadi solusi ketahanan pangan lokal sekaligus penggerak roda ekonomi warga desa.
“Pertanian sorgum bukan hanya soal komoditas, tapi tentang menciptakan mata pencaharian berkelanjutan bagi petani. Lewat pelatihan intensif dan pendampingan teknis, kami ingin desa tak hanya sebagai objek pembangunan, tetapi menjadi aktor utama ekonomi Indonesia,” ujar perwakilan Bank Mandiri dalam sambutannya.
K-GNBR menjadi ujung tombak implementasi program, bertindak sebagai jembatan antara petani, pemerintah daerah, dan lembaga keuangan. Ketua K-GNBR menegaskan bahwa koperasi bukan hanya sebagai pengelola produksi, tetapi juga sebagai motor distribusi, edukasi, dan penguatan komunitas tani.
“Mandiri Sahabat Desa ini kami pandang sebagai model kolaborasi ideal. Koperasi kami siap menjadi tulang punggung ekonomi petani sorgum Jasinga,” ungkapnya.
Kepala DPMD Kabupaten Bogor menyampaikan bahwa inisiatif ini sejalan dengan visi pembangunan daerah yang mengedepankan desa sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru.
“Kami tidak ingin desa terus tertinggal. Dengan model seperti ini, desa punya peluang besar untuk mandiri secara ekonomi dan teknologi. Sorgum hanya permulaan,” tuturnya.
Kunjungan pembelajaran yang digagas DPMD juga menjadi wahana pertukaran praktik terbaik (best practices) antar-desa dan pemangku kepentingan. Desa bukan hanya lokasi intervensi, tetapi kini menjadi laboratorium inovasi ekonomi kerakyatan.
Redaksi01-Alfian