PEMERINTAH Kabupaten Luwu Timur melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) terus mendorong pengembangan potensi desa dengan pendekatan partisipatif. Salah satu bentuk nyata dukungan ini ditunjukkan oleh Kepala Desa Puncak Indah, Muhammad Cakir, yang melakukan kunjungan langsung ke kebun sayuran organik milik warga binaan, Ibu Hasna, di Dusun Togo-Togo, Desa Puncak Indah, Kecamatan Malili.
Kunjungan yang berlangsung penuh keakraban itu menjadi simbol nyata bagaimana kepemimpinan desa bisa bersentuhan langsung dengan inisiatif warganya. Di tengah tantangan ekonomi dan isu ketahanan pangan, budidaya sayuran organik yang digagas oleh Ibu Hasna menjadi angin segar dalam membangun desa yang sehat, mandiri, dan berdaya saing.
Dalam sambutannya, Muhammad Cakir menyampaikan rasa bangga terhadap upaya warga yang secara mandiri mengembangkan pertanian organik berbasis keluarga. “Kami melihat langsung bagaimana inisiatif kecil bisa berdampak besar. Ini bukan hanya soal sayuran, ini tentang masa depan pangan, kemandirian keluarga, dan keberlanjutan lingkungan,” ujarnya.
Sayuran seperti bayam, kangkung, dan selada yang dibudidayakan secara organik oleh Ibu Hasna kini telah masuk ke pasar lokal, bahkan menjadi pasokan tetap untuk beberapa kantin sekolah di wilayah sekitar. Selain meninjau kebun, Kepala Desa juga melakukan dialog terbuka dengan warga, menyerap aspirasi, serta menampung berbagai kebutuhan pelatihan dan akses pasar.
Kunjungan tersebut merupakan bagian dari rangkaian pembelajaran yang diinisiasi DPMD dalam rangka menggali potensi desa sebagai pusat inovasi ekonomi kreatif berbasis ekologi. Program ini menempatkan desa sebagai aktor utama dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan nasional dengan solusi yang kontekstual dan berbasis komunitas.
Muhammad Cakir menambahkan bahwa pemerintah desa akan menjajaki kerja sama lintas sektor agar model pertanian organik yang digagas warga bisa direplikasi ke dusun lainnya. Ia juga mengajak generasi muda untuk tidak ragu kembali bertani dengan cara yang modern, sehat, dan tetap mengakar pada kearifan lokal.