DI TENGAH derasnya arus informasi digital yang kian mengalihkan perhatian anak-anak dari buku ke layar gawai, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara mengambil langkah strategis: memperkuat perpustakaan desa sebagai pusat literasi komunitas.
Melalui inisiasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD), pemerintah daerah mendorong gerakan kunjungan pembelajaran berbasis pengembangan potensi desa. Tujuannya tak semata memperkenalkan praktik baik dari satu desa ke desa lain, tetapi juga menjadikan perpustakaandesa sebagai simpul utama dalam membentuk budaya baca sejak dini.
Pendekatan ini diperkuat oleh sinergi antara sekolah, pesantren, dan komunitas literasi yang tersebar di berbagai pelosok Jawa Tengah. Wakil Gubernur Jawa Tengah periode 2018–2023, Taj Yasin Maimoen, dalam sebuah kesempatan, menyampaikan pentingnya mengubah literasi dari sekadar slogan menjadi gerakan nyata
Taj Yasin menegaskan bahwa keberadaan perpustakaan desa adalah fondasi dari perubahan besar itu. Ia menyoroti pentingnya pendekatan terintegrasi antara lembaga pendidikan formal dan nonformal agar literasi tumbuh organik di tengah masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara melalui kolaborasi lintas OPD menargetkan perpustakaan desa tidak hanya menjadi tempat menyimpan buku, melainkan pusat edukasi, diskusi, dan pengembangan potensi warga. Di beberapa desa, perpustakaan bahkan mulai difungsikan sebagai lokasi pelatihan literasi digital, pojok baca anak, hingga ruang belajar petani muda.
Pendekatan seperti ini diharapkan mampu memicu transformasi sosial dari bawah, dengan menjadikan budaya baca sebagai identitas desa-desa di Jawa Tengah.
Redaksi01-Alfian