Temuan Purbakala Bermunculan di Desa Wilayah Margorejo

Related Articles

Ia menambahkan bahwa keberhasilan Pemuteran menjadi bukti nyata bahwa desa wisata di Indonesia mampu bersaing di tingkat global dengan tetap menjaga keberlanjutan, budaya, dan pemberdayaan masyarakat lokal. Desa Wisata Pemuteran memang dikenal luas karena mengusung konsep ekowisata berbasis konservasi laut, terutama melalui program pelestarian terumbu karang berbasis masyarakat yang dikenal sebagai Biorock Project. Keunikan ini menjadikan Pemuteran contoh nyata bagaimana pariwisata dapat tumbuh tanpa mengorbankan kelestarian alam. Pencapaian ini sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai negara dengan potensi desa wisata berkelas dunia, serta menegaskan komitmen pemerintah dalam mendorong pengembangan pariwisata berkelanjutan dan inklusif.

18/10/2025

Empat Tahun Berjalan, Desa Kabuaran Istikamah Gelar Sholawat Nariyah

17/10/2025

“Janggan Andum Berkah”, Tradisi Bersih Desa yang Penuh Sukacita

12/10/2025

PATI – Sejumlah desa di Kecamatan Margorejo menyimpan potensi arkeologis yang patut mendapatkan perhatian lebih. Di antaranya yakni Desa Banyuurip, Wangunrejo, Badegan, Sukokulon, dan Sukobubuk. Temuan peninggalan masa lalu di desa-desa tersebut menunjukkan bahwa wilayah ini menyimpan jejak sejarah penting yang belum sepenuhnya tergali.

Wilayah Dusun Sudo di Desa Wangunrejo menjadi salah satu titik yang dinilai sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan arkeologi. “Kalau di sini (Sudo, Wangunrejo), sebelumnya ditemukan ada fragmen gading dan kepala banteng. Kemudian sekitar tiga kilometer dari sini juga sempat ditemukan. Selain itu juga ditemukan alat budaya purbakala yang ditemukan di daerah Pulawang, Desa Sukokulon, Kecamatan Margorejo, Pati,” jelas dia.

Temuan ini mengindikasikan bahwa kawasan Margorejo merupakan lokasi strategis yang menyimpan peninggalan peradaban kuno. Fragmen gading dan kepala banteng, serta alat budaya purbakala yang ditemukan, memiliki nilai historis tinggi dan bisa menjadi sumber pengetahuan sejarah yang penting bagi dunia arkeologi.

Potensi ini tidak hanya relevan bagi kalangan peneliti, tetapi juga bisa dikembangkan sebagai wisata edukatif yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Pemerintah daerah bersama pihak akademisi dan lembaga kebudayaan diharapkan dapat melakukan kajian mendalam untuk menelusuri jejak purbakala yang tersisa di kawasan ini.

Sejumlah warga mendukung upaya pelestarian dan pengembangan situs purbakala tersebut, termasuk jika nantinya ada ekskavasi lanjutan atau ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya. Selain memperkuat identitas budaya lokal, pelestarian ini juga diyakini mampu meningkatkan ekonomi desa melalui sektor wisata sejarah.

Langkah awal bisa dimulai dari dokumentasi dan pemetaan lokasi-lokasi temuan agar ke depan bisa dikembangkan lebih terstruktur. Jika dikelola dengan serius dan berkelanjutan, kawasan Margorejo bisa menjadi pusat penelitian sejarah dan destinasi wisata edukasi bertaraf nasional.

Redaksi03