ISU viral mengenai ratusan siswa di Kabupaten Buleleng, Bali, yang disebut belum mampu membaca menjadi perhatian nasional. Bukan hanya menjadi sorotan media, namun juga pemantik bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengevaluasi kembali fondasi literasi sejak usia dini. Salah satu tanggapan datang dari anggota DPD RI asal Bali, Niluh Djelantik, yang mengajak masyarakat untuk membudayakan membaca sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, bukan sebagai kewajiban yang menakutkan.
Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Sumbawa melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) segera merespons dengan menginisiasi program kunjungan pembelajaran pengembangan potensi desa berbasis literasi. Fokusnya: menghidupkan kembali perpustakaan desa sebagai ruang aman, ramah anak, dan fungsional dalam membentuk budaya baca sejak dini.
Program kunjungan pembelajaran ini tidak hanya menyasar aspek fasilitas perpustakaan desa, tetapi juga penguatan peran masyarakat, kader literasi lokal, dan kepala desa dalam memastikan akses buku, teknologi informasi, dan kegiatan membaca yang berkelanjutan bagi anak-anak dan warga.
Sementara itu, Niluh Djelantik dalam unggahannya di media sosial menyampaikan seruan kuat agar membaca dibudayakan, bukan dijadikan beban. “Budayakan kebiasaan membaca sebagai bagian dari menyiapkan anak kita untuk berdaya saing di dunia yang tak semakin mudah perjuangannya,” tulisnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya menghidupkan kembali perpustakaan-perpustakaan ramah anak di desa-desa, yang selama ini kerap dipandang sebelah mata atau bahkan terbengkalai. Dorongan itu sejalan dengan langkah DPMD Sumbawa yang kini menggagas model pengembangan potensi desa berbasis literasi sebagai pendekatan alternatif pembangunan manusia.
Langkah ini menjadi momentum penting bahwa pembangunan desa tidak semata soal infrastruktur, tapi juga pembangunan daya pikir dan budaya literasi yang akan berdampak jangka panjang.
Redaksi01-Alfian