Cianjur — Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terus menggenjot perbaikan infrastruktur jalan desa melalui program Gotong Royong Lobaan (Gorol), yang dilaksanakan mulai dari wilayah utara hingga selatan Kabupaten Cianjur. Program ini menggunakan metode pembangunan dengan cor beton dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat, sehingga proses pembangunan dapat berlangsung lebih cepat dan efisien.
Bupati Kabupaten Cianjur, Mohammad Wahyu Ferdian, mengatakan bahwa kegiatan Gorol yang telah berjalan sejak awal masa jabatannya hingga saat ini, difokuskan pada jalan-jalan desa yang menjadi akses utama masyarakat, termasuk untuk keperluan pendidikan dan kesehatan.
“Kami akan menyasar jalan desa yang rusak dan belum mendapat perbaikan dari pemerintah, dimana pembangunannya dengan cara cor beton dilakukan pemerintah daerah bersama masyarakat, sehingga pembangunannya dapat dilakukan dengan cepat,” katanya saat ditemui di Cianjur, Rabu.
Ia menjelaskan, kegiatan Gorol rutin dilaksanakan setiap akhir pekan. Bupati bersama dinas terkait turun langsung ke lapangan untuk melakukan perbaikan jalan sepanjang 700 meter hingga 1 kilometer di satu desa secara bergiliran. Setelah pengerjaan tahap awal oleh pemerintah daerah, proses pembangunan dilanjutkan oleh aparat desa dan warga setempat secara bertahap.
“Ini menjadi perhatian khusus, sehingga jalan desa yang rusak tidak perlu menunggu lama untuk diperbaiki, program ini akan menyasar seluruh desa yang ada di Cianjur, sehingga tidak ada lagi jalan desa yang rusak,” ujarnya.
Bupati Wahyu juga mengimbau kepada masyarakat desa yang jalannya belum tersentuh program Gorol agar bersabar, karena pihaknya memastikan bahwa seluruh desa dan kecamatan di Cianjur akan mendapat giliran perbaikan infrastruktur jalan secara bertahap.
Di sisi lain, kondisi jalan di sejumlah wilayah masih sangat memprihatinkan. Salah satunya adalah jalan sepanjang 4 kilometer yang menghubungkan Kampung Sukamulya dan Pasirsireum di Desa Neglasari, Kecamatan Agrabinta. Jalan tersebut rusak berat dan sulit dilalui kendaraan, terutama saat musim hujan. Kondisi ini kerap menghambat aktivitas warga, bahkan membahayakan keselamatan.
Kepala Desa Neglasari, Nasihin, mengungkapkan bahwa jalan penghubung di wilayahnya merupakan akses vital yang dilalui warga dari beberapa desa tetangga seperti Desa Bunisari dan Desa Mulyasari untuk menuju pusat kecamatan.
“Kalau pakai dana desa tidak mampu menutupi kebutuhan perbaikan jalan, anggaran dana desa yang kami dapat sebesar Rp810 juta, sekitar 30 persen harus dialokasikan untuk bidang wajib dan hanya tersisa Rp300 juta untuk pembangunan,” katanya.
Nasihin berharap agar pemerintah daerah dapat memberikan bantuan perbaikan jalan, mengingat pembangunan dengan metode cor beton memerlukan anggaran yang cukup besar. Menurutnya, perbaikan jalan sangat penting untuk menunjang aktivitas masyarakat di bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
“Akibat jalan rusak beberapa hari lalu, warga kami yang hendak melahirkan meninggal dalam perjalanan karena kendaraan sulit melintas, kami berharap pemerintah daerah, provinsi sampai pusat dapat membantu memperbaiki jalan yang rusak,” ungkapnya dengan nada haru.
Program Gorol yang dijalankan oleh Pemkab Cianjur mendapat respons positif dari masyarakat. Dengan melibatkan langsung warga dalam proses pembangunan, selain mempercepat pengerjaan, program ini juga memperkuat rasa kebersamaan dan kepedulian terhadap fasilitas umum.
Upaya Pemkab Cianjur dalam menangani kerusakan infrastruktur desa melalui pendekatan partisipatif ini menjadi contoh model pembangunan berbasis komunitas yang efektif. Meski begitu, tantangan pembiayaan dan cakupan wilayah yang luas masih menjadi pekerjaan rumah besar yang harus diselesaikan secara bertahap dan berkelanjutan.
Redaksi03