JAKARTA – Desa Wisata Samtama, singkatan dari “Sampah Tanggung Jawab Bersama”, yang berlokasi di RW 03, Kelurahan Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat, menjadi contoh nyata pengelolaan sampah berbasis masyarakat di kawasan perkotaan padat penduduk. Kampung ini telah menerapkan pola hidup bersih dan sehat sejak puluhan tahun silam. Warga secara rutin memilah sampah dari rumah tangga untuk disetorkan ke bank sampah unit, lalu dijual kembali.
Adian Sudiana, Pengelola Lingkungan Desa Wisata Proklim Lestari RW 03 Cempaka Putih Timur, menjelaskan bahwa terbentuknya Desa Wisata berawal dari semangat pelestarian lingkungan. “Kami mengikuti arahan dari orangtua, kami lanjutkan kebijakannya yaitu mengelola sampah, melakukan penghijauan dengan cara penanaman, dan menjaga kegiatan ini terus lestari,” kata Adian saat ditemui di lokasi.
Dengan keterbatasan lahan yang ada, warga berinovasi melalui penanaman sayuran secara hidroponik. Mereka juga menyediakan tempat sampah yang dikelola dengan baik, bahkan menghias gang-gang sempit dengan ornamen dari kemasan botol bekas. Selain sebagai wilayah percontohan program Kampung Iklim (ProKlim), Samtama juga menjadi peserta dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia.
“Proklim kami sudah sampai lestari, lalu kami diikutkan dalam Anugerah Desa Wisata. Tetapi konsep desa wisatanya kami bukan wisata alam, melainkan wisata edukasi pengelolaan lingkungan karena wisatawan datang untuk belajar pengelolaan sampah,” jelas Adian.
Wisata edukasi yang ditawarkan meliputi pelatihan pengelolaan sampah, urban farming, budidaya hidroponik, pengolahan produk daur ulang, hingga pemanfaatan hasil panen menjadi produk bernilai ekonomi. Menurut Adian, sebagian besar pengunjung yang datang adalah pelajar, baik dari dalam maupun luar negeri.
Saat ini, terdapat setidaknya 20 bank sampah yang aktif beroperasi di RW 03. Hasil penjualan sampah yang telah dipilah digunakan untuk mendanai kebutuhan bersama warga. “Kalau insentif, insya Allah akan tergantikan dalam bentuk lain. Contoh, ketika teman-teman sudah melakukan kegiatan pengelolaan sampah, penghijauan, hidroponik, sering diundang menjadi narasumber dan itu punya nilai lebih,” tambah Adian.
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, mengapresiasi keberhasilan Desa Wisata Samtama dalam membangun ketangguhan iklim berbasis komunitas. Ia menilai Samtama sebagai contoh konkret integrasi pengelolaan sampah dan adaptasi terhadap perubahan iklim di kawasan padat penduduk.
“Samtama bisa menjadi percontohan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Kampung Samtama adalah contoh konkret integrasi pengelolaan sampah dan adaptasi perubahan iklim di kawasan padat penduduk,” ujar Hanif.
Lebih lanjut, Hanif menyampaikan bahwa pemerintah menargetkan pengelolaan sampah mencapai 100 persen pada tahun 2029, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025. Oleh sebab itu, partisipasi aktif masyarakat menjadi elemen kunci untuk mencapai target tersebut.
Meski menghadapi tantangan berupa risiko banjir dan keterbatasan ruang terbuka hijau, kawasan Samtama mampu mengatasinya melalui pendekatan lingkungan yang holistik. Melalui program ProKlim Lestari dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), wilayah ini berhasil meraih penghargaan tertinggi dalam bidang adaptasi serta mitigasi perubahan iklim.
Atas komitmen dan inovasi warga dalam menjaga lingkungan sekaligus membangun kemandirian ekonomi, Desa Wisata Samtama terpilih sebagai salah satu dari 300 besar penerima Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024. Program-program yang dijalankan masyarakat terbukti meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim serta mendukung kesejahteraan warga melalui pendekatan ekologi yang terintegrasi.
Redaksi03