Warisan Budaya Tanpa Dana: Alunan Budaya Butuh Uluran Nyata

LOMBOK TIMUR – Event budaya tahunan “Alunan Budaya Desa” yang digelar di Desa Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur, kembali mencatat prestasi membanggakan. Untuk kedua kalinya secara berturut-turut, event ini masuk dalam daftar Karisma Event Nusantara (KEN) 2025 dan bahkan menempati peringkat teratas atau Top One untuk wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB).

Meski meraih pengakuan nasional melalui KEN, tantangan besar masih membayangi pelaksanaan event tersebut, terutama dalam hal pendanaan. Ketua Lembaga Alunan Budaya, Ahmad Ferryawan, mengungkapkan bahwa sejak pertama kali digelar hingga edisi kedelapan, Pemerintah Provinsi NTB belum pernah memberikan dukungan anggaran.

“Sejak Alunan Budaya pertama sampai kedelapan, Pemprov NTB belum pernah memberikan bantuan. Tahun ini pun wujud dukungan masih belum jelas,” ungkap Ferryawan, Selasa (1/7/2025).

Padahal, tahun ini Alunan Budaya sudah mendapat alokasi dana dari Kementerian Pariwisata melalui program KEN. Namun, dana yang sebelumnya direncanakan sebesar Rp250 juta harus mengalami pemangkasan hingga 70 persen akibat kebijakan efisiensi anggaran di tingkat nasional.

Mengusung tema “Nyiwaq”, yang berarti kesembilan, event tahun ini diharapkan menjadi lompatan penting dalam pengembangan budaya lokal. Ferryawan menegaskan bahwa pihaknya memiliki mimpi besar untuk membawa Alunan Budaya setara dengan event nasional lain seperti Pesta Kesenian Bali atau Festival F8 Makassar.

“Kita ingin setara dengan Pesta Kesenian Bali atau F8 Makassar. Kalau mau diakui nasional, ya harus berani,” tegasnya.

Meski Pemkab Lombok Timur telah memberikan dukungan, besaran dana yang diterima dinilai belum sebanding dengan kebutuhan. Terlebih, dana tersebut tidak bersumber dari APBD induk. Ferry menilai, dengan status sebagai Top One KEN NTB, sudah selayaknya Pemerintah Provinsi NTB menunjukkan komitmen nyata.

“Cita-cita kami, Alunan Budaya ini bukan hanya jadi Top One NTB. Kami ingin masuk 10 besar event budaya nasional Indonesia,” ujarnya optimistis.

Sementara itu, Koordinator Event, Pirhara Gaffra, menekankan bahwa Alunan Budaya kini bukan lagi milik warga Pringgasela semata, melainkan telah menjadi ruang budaya bersama seluruh masyarakat NTB.

“Event ini sudah jadi ruang kultural bersama, bukan hanya Pringgasela. Pemkab, Pemprov, semua punya tanggung jawab,” ujarnya.

Ia menambahkan, Alunan Budaya bukan sekadar panggung hiburan, tetapi merupakan warisan budaya yang harus dijaga bersama. Oleh karena itu, mimpi besar tersebut memerlukan dukungan anggaran yang nyata, bukan sekadar janji politik.

“Alunan Budaya ini bukan sekadar panggung hiburan, tapi warisan budaya yang harus dijaga bersama. Mimpi besar ini perlu dukungan anggaran, bukan hanya janji,” tegas Pirhara.

Event Alunan Budaya Desa ke-9 dijadwalkan akan digelar pada 20–26 Juli 2025 di Desa Pringgasela Raya. Dengan nada-nada warisan budaya yang siap kembali menggema, panitia berharap dukungan pemerintah pun tak lagi sekadar retorika, melainkan diwujudkan dalam aksi nyata.

Redaksi03

About adminfahmi

Check Also

Alunan Budaya Desa 9 Resmi Masuk KEN 2025, Pemprov NTB Diharap Beri Dukungan Penuh

LOMBOK TIMUR – Event tahunan Alunan Budaya Desa Pringgasela yang digelar di Kecamatan Pringgasela, Kabupaten …

Polisi Kawal Festival Budaya Desa Bagelen, Cegah Gangguan Keamanan

PESAWARAN – Dalam rangka memastikan terciptanya situasi keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) yang aman dan …

Festival Desa Saba, Panggung Anak Cinta Budaya

FESTIVAL Desa Saba yang digelar selama dua hari, Jumat–Sabtu (27–28/06/2025), tak hanya menjadi perhelatan seni …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *