AKSES layanan kesehatan yang belum merata menjadi tantangan klasik di banyak wilayah Indonesia. Di tengah kondisi tersebut, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Klaten mengusung pendekatan langsung ke masyarakat sebagai strategi alternatif menjawab ketimpangan tersebut. Melalui kegiatan sosial di Desa Burikan, Kecamatan Cawas, Sabtu (28/6/2025), para dokter membuktikan bahwa pelayanan kesehatan tak selalu harus menunggu masyarakat datang ke rumah sakit.
Mengambil momentum Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI), IDI Klaten bekerja sama dengan Puskesmas Cawas I melaksanakan pengobatan gratis, donor darah, dan deteksi dini Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi, diabetes, dan risiko kardiovaskular. Tak kurang dari 50 tenaga medis, termasuk dokter spesialis, diterjunkan langsung ke lokasi.
Namun, lebih dari sekadar kegiatan sosial, aksi ini mencerminkan strategi baru dalam membangun kedekatan antara profesi medis dan masyarakat. Ketua IDI Klaten, dr. Ahyar Arifin, menyebut bahwa kegiatan ini adalah bagian dari transformasi peran dokter sebagai penggerak perubahan, bukan sekadar penyembuh di ruang praktik.
“Dokter tak boleh menunggu pasien datang. Di tengah angka PTM yang terus naik, deteksi dini harus didekatkan ke masyarakat. Ini bukan pilihan, melainkan tanggung jawab moral,” ujar dr. Ahyar.
Warga yang datang sejak pagi memperlihatkan tingginya kebutuhan akan akses kesehatan yang praktis dan terjangkau. Sejumlah peserta mengaku baru kali ini bisa berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis tanpa harus ke kota atau rumah sakit besar.
Camat Cawas, Joko Purwanto, yang turut hadir, menyebut bahwa kegiatan seperti ini bisa menjadi model untuk memperkuat sistem kesehatan di tingkat desa. “Ketika negara belum sepenuhnya hadir melalui infrastruktur, para dokter hadir secara langsung. Ini bentuk keberpihakan yang konkret,” ujarnya.
Tak hanya pengobatan, kegiatan ini juga dimanfaatkan untuk mengedukasi masyarakat tentang gaya hidup sehat melalui penyuluhan dan media digital. Inilah bentuk integrasi antara tindakan medis dan pembangunan kesadaran publik.
Dengan pendekatan yang menyentuh akar masalah, kegiatan ini membuka perspektif baru: bahwa solusi atas ketimpangan layanan kesehatan bisa dimulai dari pengabdian langsung—dari desa, oleh dokter, untuk rakyat.
Redaksi01-alfian