DUSUN SENDEREN – Dusun Sendaren, yang terletak di Desa Karangrejo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kini menjelma sebagai salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi, baik oleh pelancong domestik maupun wisatawan mancanegara. Daya tarik kawasan ini tak hanya terletak pada keindahan alam dan keramahan penduduknya, melainkan juga dari keunikan aktivitas dan produk lokal yang sarat nilai budaya.
Salah satu titik yang paling mencuri perhatian adalah Gubuk Kopi. Tempat ini bukan sekadar lokasi bersantai sambil menikmati minuman, tetapi juga merupakan pabrik pengolahan gula kelapa tradisional yang masih aktif hingga kini. Para pengunjung yang datang tidak hanya disuguhi cita rasa khas, tetapi juga edukasi langsung mengenai proses pembuatan gula kelapa dari pemiliknya, Agus Prayitno.
Setiap tamu yang datang akan disambut hangat oleh Agus dan diajak menikmati secangkir teh berpadu potongan gula kelapa, sembari mendengarkan penjelasan tentang cara pengolahan gula. Proses tersebut dimulai dari pengambilan air nira dari pohon kelapa, pengadukan, hingga pencetakan ke dalam batok kelapa.
Menurut Agus, produksi gula kelapa di wilayah ini masih bergantung pada pohon kelapa tua yang telah ditanam sejak masa leluhur. Beberapa pohon bahkan telah berusia sekitar satu abad, dengan tinggi mencapai 15 meter. Untuk meningkatkan produksi, masyarakat mulai menanam kelapa hybrida dengan sistem tumpangsari di pekarangan rumah dan lahan sempit lainnya.
“Kalau ditanam di tanah khusus seperti perkebunan, tidak memungkinkan karena pohon baru bisa diproduksi minimal lima tahun ke depan. Jadi selama jangka waktu itu, sayang jika lahannya tidak produktif,” jelas Agus.
Sayangnya, keterbatasan bahan baku membuat produksi harian gula kelapa hanya mencapai 70 kilogram. Akibatnya, permintaan dari wisatawan mancanegara untuk pengiriman rutin dalam jumlah besar belum bisa dipenuhi.
“Karena keterbatasan produksi, kami tidak bisa melayani permintaan ekspor,” ujarnya.
Produk gula kelapa ini dijual dalam bentuk balok dan serbuk, dengan kemasan menarik dari anyaman bambu yang menjadikannya cocok sebagai oleh-oleh. Harganya berkisar antara Rp20.000 hingga Rp30.000 per kemasan, tergantung varian.
Agus mengakui bahwa meningkatnya jumlah pengunjung tidak lepas dari peran Balkondes (Balai Ekonomi Desa) Karangrejo, yang dibangun melalui program CSR PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk. Balkondes berfungsi sebagai pusat pelatihan, pemberdayaan ekonomi, dan fasilitas wisata masyarakat desa.
Menurutnya, berbagai kegiatan yang diinisiasi PGN seperti Suadesa Festival 2025 yang berlangsung pada 10–11 Mei lalu, memberikan dampak besar terhadap kunjungan wisatawan.
“Setiap event yang diselenggarakan meningkatkan pengunjung ke tempat kami dan pelaku usaha lainnya. Tahun ini paling ramai, karena ada efek Waisak dan Suadesa Festival, pengunjung bisa sampai ribuan, peningkatannya lebih dari seratus persen. Lumayan untuk menutupi lebaran kemarin yang sepi,” katanya.
Triantoro, Sekretaris Desa Karangrejo, menambahkan bahwa sejak berdirinya Balkondes pada 2016, kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Desa (PAD) mencapai sekitar 60 persen dari total PAD. Hal ini menandai transformasi ekonomi desa, dari yang semula bergantung pada sektor pertanian menjadi kawasan wisata produktif.
“Kini, 90 persen tenaga kerja di sektor pariwisata berasal dari warga lokal, termasuk pengelola parkir, pemandu wisata, katering, hingga pedagang asongan. Karangrejo bahkan meraih penghargaan Best of the Best Balkondes Award, mengungguli Balkondes lainnya,” ungkap Triantoro.
Desa Karangrejo saat ini dirancang sebagai destinasi wisata terintegrasi. Di utara, berdiri Gubuk Kopi sebagai pusat produksi gula kelapa; di timur, tersebar penginapan-penginapan; di selatan terdapat Balkondes sebagai pusat kegiatan ekonomi dan wisata; dan di barat, wisata alam seperti Punthuk Setumbu menawarkan lanskap perbukitan yang memesona.
Tak hanya itu, wisata kerajinan batik lokal juga menjadi bagian dari perjalanan budaya di desa ini, menjadikan Karangrejo sebagai destinasi yang menyajikan pengalaman lengkap—alam, kuliner, budaya, dan edukasi dalam satu kunjungan.