Dashiban Bangkit: Desa Tua Jadi Magnet Wisata Baru di Tiongkok

DESA DASHIBAN – Desa Dashiban di Tiongkok kini menjelma menjadi salah satu destinasi wisata yang paling diminati setelah mengalami proses revitalisasi yang menyeluruh oleh pemerintah setempat. Desa yang terletak di wilayah Xichang ini tak hanya berhasil menarik jutaan wisatawan, tetapi juga turut mengangkat perekonomian masyarakatnya secara signifikan.

Berusia lebih dari enam abad, Dashiban menyimpan sejarah panjang sebagai bagian dari jalur perdagangan penting di masa lalu, yakni Jalur Sutra Selatan dan Jalur Kuda Teh. Namun, seiring bergesernya arus transportasi modern, desa tersebut sempat terpinggirkan dan ditinggalkan oleh banyak warganya yang memilih merantau.

Mengutip pemberitaan dari China Daily, Rabu (14/5/2025), titik balik desa ini terjadi pada Januari 2021. Saat itu, pemerintah Xichang menunjuk Dashiban sebagai desa percontohan dalam program revitalisasi pedesaan. Sejak saat itu, wajah Dashiban berubah drastis.

Chen Xiaoyu, salah satu warga yang kembali ke kampung halamannya, menjadi contoh nyata keberhasilan transformasi tersebut. Pada 2018, Chen memutuskan pulang dan menyewa sebuah rumah yang ia ubah menjadi homestay butik di tepi Danau Qionghai.

“Pendapatan saya dari homestay sekarang hampir sama dengan waktu saya berdagang di Guangzhou,” ungkap Chen.

Ketika pemerintah mulai merenovasi bangunan tua dengan tetap menjaga unsur keaslian budaya dan membangun berbagai infrastruktur pariwisata, Chen merasakan manfaat langsung dari langkah tersebut.

“Renovasi desa ini sangat mempengaruhi bisnis saya. Sekarang homestay saya juga merambah ke kuliner, produk budaya, hingga tiket wisata,” tuturnya.

Dampak positif revitalisasi tidak berhenti di sana. Fenomena kembalinya warga perantau turut menyumbang pada pertumbuhan ekonomi lokal. Xiao Wenfang, yang sebelumnya bekerja di Chengdu, memutuskan kembali ke Dashiban dan membuka restoran bersama ayahnya.

“Kami dulu jual ikan hidup, sekarang jadi olahan ikan khas. Tahun lalu pendapatan kami tembus 2 juta yuan (Rp4,4 miliar),” ujarnya.

Yin Jun, Sekretaris Partai Komunitas Dashiban, menyampaikan bahwa arah pembangunan desa kini fokus pada sektor pariwisata dan kesehatan.

“Wisatawan bisa berfoto dengan pakaian etnis Han, Yi, Tibet, Miao, hingga Lisu. Pemandangan desa yang cantik jadi latar yang sempurna,” ujar Yin.

Saat ini, Desa Dashiban memiliki 232 homestay, 85 restoran, dan 65 studio foto bertema budaya. Sepanjang tahun lalu, desa ini dikunjungi sekitar 1,9 juta wisatawan dengan total pendapatan mencapai 900 juta yuan (Rp1,98 triliun) dari sektor pariwisata.

“Pariwisata sudah jadi andalan desa ini. Lebih dari 1.000 warga mendapat pekerjaan, dan pendapatan per kapita naik lebih dari 10.000 yuan (Rp22 juta) dalam empat tahun terakhir,” imbuhnya.

Ke depan, desa ini juga tengah mempersiapkan pengembangan kawasan agrowisata seluas 13,3 hektare yang akan disebut sebagai ‘surga benih’, guna menambah daya tarik wisata serta memperluas lapangan kerja bagi warga setempat.[]

Redaksi10

About Rara

Check Also

Desa Wisata Pentingsari: Inspirasi Nasional dari Akar Budaya dan Partisipasi Warga

DESA WISATA – Desa Wisata Pentingsari, yang terletak di lereng Gunung Merapi, kembali menjadi sorotan …

Karangjaya: Desa Wisata yang Menggabungkan Tradisi dan Teknologi Pertanian

KARAWANG — Desa Karangjaya, yang terletak di Kecamatan Tirtamulya, Kabupaten Karawang, akan resmi menyandang status …

Wisata Edukasi Terancam, Desa Wisata Jadi Korban Utama

JAKARTA — Pelarangan wisata edukasi atau study tour oleh sejumlah pemerintah daerah menimbulkan keprihatinan di …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *