TANGGERANG – Pemerintah Desa Panongan, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, mencetak sejarah sebagai pelopor pengelolaan layanan gizi berbasis desa pertama di Indonesia. Melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Desa Panongan kini resmi mengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk mendukung program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG).
Langkah ini diresmikan langsung oleh Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT), Yandri Susanto, pada Rabu (14/5/2025). Dalam pernyataannya, Yandri menekankan bahwa unit usaha SPPG di Panongan menjadi contoh konkret bahwa desa bisa menjadi pusat penggerak ekonomi sekaligus penyedia layanan sosial dasar.
Sebanyak 3.034 siswa SD dan SMP di Desa Panongan akan menerima makanan bergizi secara gratis setiap hari melalui SPPG tersebut. Selain memenuhi kebutuhan gizi anak-anak, keberadaan unit ini juga diyakini mampu membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar dan memperkuat ekonomi lokal. Yandri menambahkan bahwa ke depan, desa-desa dengan potensi sektor pertanian, peternakan, dan perikanan akan diarahkan untuk mendukung rantai pasok program ini.
“Kami sudah siapkan modul desa tematik, seperti Desa Ayam Petelur, Desa Jagung, Desa Padi, dan Desa Ikan Nila. Tujuannya agar pasokan bahan baku untuk MBG disuplai langsung dari desa,” kata Yandri. Ia menyatakan bahwa Desa Panongan akan menjadi desa percontohan untuk seluruh Indonesia.
Menurut data Badan Gizi Nasional, Banten membutuhkan sekitar 1.388 SPPG untuk melayani lebih dari 2,9 juta siswa. Namun hingga pertengahan Mei 2025, baru 35 unit yang telah berdiri. Menyikapi hal ini, Gubernur Banten, Andra Soni, menyatakan bahwa pemerintah provinsi menargetkan pembangunan 24 SPPG tambahan melalui pendanaan APBN. Ia juga mengungkapkan kesiapan Pemprov dalam menyediakan lahan dan memanfaatkan 33 SMK Tata Boga sebagai dapur penunjang SPPG.
Langkah strategis yang diambil Desa Panongan ini dinilai menjadi titik awal penguatan kemandirian desa melalui integrasi ekonomi dan sosial. Dengan model yang dikembangkan, desa tidak hanya menjadi objek pembangunan, melainkan juga pelaku utama dalam menciptakan perubahan yang berdampak luas bagi generasi masa depan. []
Redaksi 01 – Alfian