TUGU SELATAN – Kepala Desa Tugu Selatan, M. Eko Windiana, menegaskan komitmennya untuk mewujudkan desanya menjadi wilayah yang mandiri secara ekonomi, memiliki daya tarik wisata unggulan, serta menerapkan digitalisasi berbasis jaringan internet.
Desa Tugu Selatan yang terletak di lereng Gunung Pangrango, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, saat ini termasuk dalam program Desa BRILiaN yang diinisiasi oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Eko telah memimpin Desa Tugu Selatan sejak akhir Desember 2019. Semula, masa jabatannya akan berakhir pada 2025. Namun, berkat revisi Undang-Undang Desa yang disahkan pada 2024, masa jabatan kepala desa kini diperpanjang menjadi delapan tahun dan dapat dijabat selama dua periode.
Salah satu langkah konkret Eko dalam meningkatkan kesejahteraan warga adalah menghidupkan kembali Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), yang sempat terhenti akibat pandemi Covid-19. Kala itu, alokasi dana desa dialihkan untuk bantuan sosial. Seiring dengan pulihnya kondisi pascapandemi, BUMDes “Tugu Selatan Mandiri” kembali beroperasi di bawah kepemimpinan Dadang Juanda.
Dalam empat tahun terakhir, BUMDes mendapatkan penguatan modal secara bertahap. “Sampai hari ini saya menjabat kepala desa berarti kita sudah support penguatan modal di BUMDes itu di angka Rp750 juta secara bertahap,” ungkap Eko, Senin (21/4), di Cisarua.
Salah satu unit usaha yang berkembang adalah layanan internet “Pangrango Vibes”, hasil kerja sama dengan PT Lintas Satu Visi. Layanan ini mulai beroperasi saat pandemi dan kini telah menjangkau sekitar 500 sambungan rumah. Harga langganan bervariasi, mulai dari Rp250 ribu hingga Rp550 ribu per bulan tergantung kecepatan internet.
Selain digitalisasi, sektor pariwisata juga menjadi perhatian. Desa Tugu Selatan tengah mengembangkan kawasan wisata “Kampung Koboy” bekerja sama dengan PTPN dan Desa Wisata Tugu Selatan. Terletak di ujung Jalan Pangrango, kawasan ini menawarkan pengalaman berkuda serta area berkemah di sekitar kafe Kampung Koboy.
“Kampung Koboi ini kita sudah ada kafe Kampung Koboinya, aktivitas tunggang kudanya sudah ada. Cuman emang fasilitas-fasilitas lainnya sedang kita dorong dan mudah-mudahan ini juga bisa di-support dan dibantu oleh teman-teman BRI,” kata Eko.
Tidak jauh dari sana, BUMDes juga mengelola “Café Landing” yang berada di kawasan pendaratan paralayang. Pengembangan kafe ini dilakukan melalui kolaborasi dengan PTPN dan pemangku kepentingan lainnya.
Eko berharap program Desa BRILiaN membawa dampak signifikan bagi kemajuan Tugu Selatan. “Mimpi besar kami di Desa BRILiaN ini kami ingin BUMDes ini menjadi percontohan karena program desa semua ketahanan pangan,” ucapnya.
Ia juga menyoroti pentingnya keterlibatan perempuan dalam pembangunan desa. Sejumlah warga perempuan yang sebelumnya kehilangan tempat usaha akibat penataan kawasan Puncak kini diberdayakan untuk berjualan di Café Landing.
“Untuk pemberdayaan perempuan kita sudah memegang prinsip Desa Tugu Selatan, bahwa di Tugu Selatan itu kita menghargai gender. Jadi, perempuan itu setara. Kita memberikan keleluasaan pada perempuan,” tutur Eko.
Menurutnya, pelaku UMKM di desa sebagian besar adalah perempuan. Mereka memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi lokal. Senada dengan Eko, Dadang Juanda menyebut keterlibatan perempuan dalam UMKM dan wisata desa sudah berlangsung aktif, terutama di Kampung Koboy.
“Makannya mengembangkan lagi tuh, Kampung Koboy. Yang dulu misalkan cuma bisanya masyarakat kami itu cara menunggang kuda itu tidak diedukasikan, sekarang ada edukasi. Ada perkenalan macam isilahnya produk-produk olahan asli UKM,” kata Dadang.
Dadang juga menekankan bahwa seluruh pengembangan BUMDes dijalankan berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Ia optimistis BUMDes mampu membuka lapangan kerja dan meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes).[]
Redaksi10