Menyambut Air Bersih: Perjuangan Desa Rabasa Mengatasi Masalah Akses Air

MALAKA – Air bersih merupakan kebutuhan mendasar yang berperan penting dalam mendukung kehidupan manusia, baik dari segi kesehatan, ekonomi, maupun kesejahteraan sosial. Di Indonesia, akses air bersih menjadi salah satu fokus utama dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), dengan target seluruh masyarakat dapat menikmati air minum yang aman dan merata pada tahun 2030.

Namun, di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal), tantangan geografis dan ekonomi menjadi penghalang besar untuk mencapai target tersebut. Salah satu daerah yang menghadapi persoalan serius terkait akses air bersih adalah Desa Rabasa Haerain, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur.

“Desa ini berada di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh hamparan batuan gamping yang kering. Kondisi ini menyebabkan sumber air sulit ditemukan, dan jika ada, kualitasnya kerap tidak layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari,” ungkap Maria Immaculata Seuk, Kepala Desa Rabasa, pada Rabu, (27/11) saat diwawancarai Kolomdesa.

Menurut Maria, wilayahnya mengalami musim hujan yang sangat singkat, sementara musim kemarau berlangsung lama. Sebagian besar warga harus membeli air dari tangki dengan harga Rp300.000 hingga Rp1.000.000 per tangki, tergantung jarak dan kondisi distribusi. Padahal, satu keluarga biasanya membutuhkan dua tangki air setiap bulan, sementara pendapatan rata-rata keluarga di desa ini hanya sekitar Rp1.000.000 hingga Rp2.000.000 per bulan.

Pencarian sumber air bersih di Desa Rabasa dimulai dengan survei geolistrik untuk mengidentifikasi lokasi mata air potensial. Pengeboran sumur dilakukan di dekat kantor desa dengan kedalaman 53 meter dan memakan waktu sekitar 10 hari. Sumur bor ini dilengkapi pompa berkekuatan 1 PK yang berhasil menyediakan air bersih bagi warga desa.

“Pencarian sumber mata air ini lumayan memakan waktu, hingga lima hari. Puji Tuhan, selanjutnya berjalan lancar,” ujar Maria.

Untuk memastikan kualitas air, tim menggunakan Total Dissolved Solids (TDS) untuk mengukur kadar zat terlarut. Air dari sumur bor mencatat nilai TDS sebesar 324 mg/L, yang memenuhi standar baku mutu air minum Kementerian Kesehatan (<500 mg/L).

Selanjutnya, alat membran ultrafiltrasi dipasang untuk menyaring bakteri dan mikroba tanpa mengurangi kandungan mineral esensial dalam air. Setelah proses filtrasi, nilai TDS turun menjadi 289 mg/L, yang menurut standar WHO, termasuk kategori “sangat baik” untuk konsumsi.

“Akses terhadap air bersih merupakan masalah serius yang dihadapi banyak daerah di Indonesia, terutama di wilayah terpencil seperti kami. Ribuan penduduk harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan dasar ini,” tutur Maria.

Sebanyak 2.505 jiwa dari 760 keluarga di Desa Rabasa harus menempuh jarak jauh dan medan sulit, seringkali berjalan sejauh 2-3 kilometer dan menghabiskan waktu 3-4 jam untuk mendapatkan air. Alternatif membeli air dari tangki pun tidak terjangkau bagi mayoritas warga, dengan harga Rp250.000 untuk 5.000 liter, sementara pendapatan bulanan rata-rata warga hanya Rp300.000.

Menurut studi WASH oleh UTS-ISF, UI, dan UNICEF pada 2021, kurangnya akses air bersih mengakibatkan banyak rumah tangga tidak memiliki fasilitas sanitasi dasar, yang berdampak pada masalah kesehatan serius. Di Desa Rabasa, hal ini turut meningkatkan risiko malnutrisi dan stunting, dengan 77 anak mengalami stunting pada 2022—angka tertinggi di Kabupaten Malaka.

Namun, sejak 6 September 2024, akses air bersih mulai terjangkau berkat pembangunan sumur bor. “Sangat terharu, kerinduan masyarakat akan air bersih yang sudah lama dirasakan kini terjawab. Saya melihat masyarakat menyambut air dengan penuh sukacita,” ungkap Maria.

Keterlibatan pemerintah desa dalam pendanaan dan pengelolaan fasilitas air bersih diharapkan dapat menumbuhkan rasa kepemilikan sehingga proyek ini berkelanjutan. Beberapa warga ditunjuk sebagai anggota komite pengelola dan melakukan iuran bulanan untuk pemeliharaan fasilitas.

“Ini adalah langkah nyata dalam mengatasi krisis air bersih yang dihadapi desa-desa di Indonesia dan menjadi model yang dapat direplikasi di daerah lain,” kata Maria.

Dengan adanya akses air bersih, Maria berharap produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan warga Desa Rabasa meningkat, karena mereka dapat menghemat waktu dan tenaga untuk memperoleh air.

“Kami berharap fasilitas ini benar-benar membawa perubahan nyata bagi kehidupan warga,” pungkasnya[]

Redaksi10

About Rara

Check Also

Program Bimbel Bahasa Asing Desa Manyang Tunong: Langkah Nyata Menuju Indonesia Maju

ACEH UTARA – Gampong Manyang Tunong, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara, resmi meluncurkan program pendidikan …

Kerajinan Kerang Desa Serangan: Memanfaatkan Limbah Laut untuk Souvenir Bernilai Tinggi

DESA SERANGAN – Desa Serangan, Kecamatan Denpasar Selatan, merupakan salah satu desa wisata yang ada …

Kampung Bahari Nusantara: Upaya Meningkatkan Kesejahteraan dan Ketahanan Wilayah Maritim

KUNINGAN – Peresmian Kampung Bahari Nusantara (KBN) oleh TNI Angkatan Laut berlangsung di Balai Desa …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *