Dusun Sade: Menjaga Warisan Budaya Sasak di Tengah Perkembangan Pariwisata Lombok

LOMBOK TENGAH  – Dusun Sade terletak di Desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah. Desa Rembitan resmi berdiri pada tahun 1949 dan diakui secara definitif pada tahun 1952. Desa ini memiliki 21 dusun, dengan Dusun Sade menjadi pusat perhatian wisata budaya berkat keunikan arsitektur bangunan dan kehidupan tradisionalnya yang tetap dipertahankan hingga saat ini.

Dusun Sade terbagi menjadi tiga bagian: Sade 1, Sade 2, dan Sade 3. Menurut Kepala Desa Rembitan, Lalu Minaksa, hanya Dusun Sade 1 yang masih mempertahankan adat Suku Sasak dengan kehidupan tradisionalnya. Rumah-rumah di sana memiliki atap alang-alang dan dinding dari anyaman bambu. Pada tahun 1975, Dusun Sade mulai dikenal wisatawan asing yang melintasi jalan utama menuju Kuta, meskipun awalnya hanya sebagai tempat singgah.

“Lokasi wisata Dusun Sade cukup strategis dan mudah diakses, tepatnya berada di jalan utama menuju Kuta,” ujar Lalu Minaksa saat diwawancarai Kolomdesa pada Kamis (12/12/2024) . Ia juga menjelaskan bahwa banyak wisatawan keliru menyebut Dusun Sade sebagai sebuah desa, padahal Sade adalah salah satu dusun di wilayah Desa Rembitan.

Keunikan Arsitektur dan Kehidupan Tradisional
Dusun Sade masih mempertahankan bentuk rumah tradisional Sasak, seperti Bale Tani — rumah dengan atap alang-alang dan dinding anyaman bambu. “Bale” berarti rumah, sementara “Tani” merujuk pada pekerjaan masyarakat Sade sebagai petani. Bagian depan rumah dibuat pendek, sehingga siapa pun yang masuk harus menunduk sebagai tanda penghormatan kepada pemilik rumah.

Saat ini, terdapat 89 rumah tradisional yang masih terawat. Penduduk Sade menjalani pola hidup sederhana, seperti memasak dengan kayu bakar, menggunakan lantai tanah, dan mengepel lantai dengan kotoran kerbau. Kotoran kerbau tidak hanya memperkuat lantai tetapi juga digunakan dalam berbagai ritual budaya, seperti khitanan, ziarah makam leluhur, dan ngayu-ayu (tradisi potong rambut pertama). Kerbau memiliki nilai simbolis tinggi dalam adat Sasak, sehingga digunakan dalam upacara adat dan sebagai sanksi pelanggaran adat tertentu.

“Jika ada kegiatan ritual tradisi dan budaya, penggunaan kotoran kerbau adalah kewajiban. Dalam pandangan masyarakat Desa Rembitan, kerbau memiliki strata yang lebih tinggi dibandingkan hewan ternak lainnya,” jelas Lalu Minaksa.

Sebagai destinasi wisata budaya, Dusun Sade menawarkan berbagai daya tarik, seperti: konstruksi rumah dan kehidupan tradisional, wisatawan dapat melihat langsung keunikan arsitektur Sasak, serta dapat menyaksikan kegiatan sehari-hari masyarakat yang masih sangat tradisional. Pengunjung juga dapat mengenal lebih dalam tenun khas Sasak. Biasanya, para penduduk menjual hasil karya tenun di rumah masing-masing.

Jam Operasional dan Harga Tiket
Destinasi wisata budaya ini buka setiap hari, dari pagi hingga malam. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi hingga sore hari, sehingga pengunjung dapat mempelajari banyak hal. Tiket masuk ke Dusun Sade gratis. Sebagai gantinya, pengunjung dapat mengisi kotak donasi secara sukarela. Dana yang terkumpul digunakan untuk pemeliharaan fasilitas, membantu anak yatim piatu, dan mendukung orang tua lanjut usia.

“Pengunjung tidak dikenai biaya apa pun, termasuk parkir gratis. Cukup mengisi absensi dan kotak donasi secara sukarela,” ungkap Lalu Minaksa.

Lokasi Dusun Sade cukup strategis menjadikan objek wisata ini mudah diakses. Tepatnya di tepi Jalan Raya Praya-Kuta, Desa Rembitan, Pujut, 43 kilometer dari Kota Mataram. Jika mengendarai kendaraan roda empat akan memakan waktu perjalan kurang lebih kurang satu jam atau sekitar 20 menit dari Bandara Udara Internasional Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Pengelolaan dan Peran Masyarakat
Pengelolaan Dusun Sade dilakukan oleh Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) bersama tokoh masyarakat dan kepala dusun. Pemerintah Desa Rembitan berperan dalam administrasi, sedangkan bantuan langsung sering diberikan oleh pemerintah daerah dan Kementerian Pariwisata. Masyarakat lokal juga aktif berkontribusi, misalnya sebagai pemandu wisata yang dibayar secara sukarela dan menjual hasil tenun mereka.

“Masyarakat yang tinggal di rumah adat ini memiliki peran masing-masing, seperti menjadi pemandu wisata dan menjual hasil tenun di rumah mereka,” tambahnya.

Jumlah Pengunjung dan Dampak Ekonomi
Pariwisata menjadi salah satu pilar utama ekonomi di Desa Rembitan, terutama setelah pengembangan kawasan Mandalika. Setiap bulan, Dusun Sade menerima hingga 3.000 pengunjung, dengan 60% wisatawan domestik dan 40% wisatawan asing.

“Pada bulan-bulan sepi, seperti Desember hingga April, jumlah pengunjung mencapai 3.000 orang. Setelah peresmian Mandalika, kontribusi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat meningkat hingga 70%,” jelas Lalu Minaksa.

Keunikan budaya dan keramahan masyarakat menjadikan Dusun Sade sebagai destinasi wisata budaya yang wajib dikunjungi di Lombok. Warga Sade berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya mereka.

“Kearifan lokal, adat istiadat, dan budaya Suku Sasak telah diwariskan dari nenek moyang kami. Warga Sade akan terus menjaga dan melestarikan adat ini,” pungkas Lalu Minaksa.[]

Redaksi10

About Rara

Check Also

Eksplorasi Duren Sari, Surga Durian dan Edukasi di Tengah Hutan Trenggalek

TRENGGALEK – Desa Wisata Duren Sari Sawahan merupakan salah satu desa wisata terbaik nasional tahun …

Wisata Budaya Autentik di Dusun Sade: Menjaga Tradisi Sasak yang Lestari

LOMBOK TENGAH  – Dusun Sade terletak di Desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah. Desa Rembitan resmi …

Pesona Pulau Derawan Masuk 50 Desa Wisata Terbaik Indonesia

Desa Wisata Pulau Derawan yang terletak di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, berhasil mencatatkan prestasi membanggakan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *