sumber foto : https://tourdejogja.com/

Tradisi dan Keunikan Apem Jogja: Simbol Permohonan Ampunan dalam Budaya Jawa

YOGYAKARTA – Jika Anda sedang berlibur di Yogyakarta, atau bahkan hanya sekadar singgah sebentar karena harus transit di Stasiun Lempuyangan, biasanya pikiran Anda langsung tertuju pada ikon-ikon terkenal seperti Candi Borobudur atau Jalan Malioboro yang legendaris. Namun, pernahkah terlintas di benak Anda tentang apem, makanan tradisional yang khas dari Jogja? Apem adalah kudapan manis yang memiliki keunikan tersendiri dan bisa menjadi pelengkap sempurna untuk perjalanan Anda di kota budaya ini.

Yogyakarta bukan hanya terkenal karena keindahan tempat-tempat bersejarahnya, atau suasana nostalgik di sepanjang Jalan Malioboro yang dipenuhi dengan deretan toko dan pedagang kaki lima. Kota ini juga menyimpan kekayaan kuliner tradisional yang bisa menggugah selera Anda, salah satunya adalah apem. Meskipun apem dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, apem Jogja memiliki cita rasa dan keistimewaan tersendiri yang sulit untuk dilupakan setelah Anda mencicipinya.

Konon, nama apem berasal dari kata dalam Bahasa Arab, yaitu “Afuum” atau “Affuwun,” yang berarti ampunan. Dalam tradisi masyarakat Jawa, apem memiliki makna filosofis yang dalam, yaitu sebagai simbol permohonan ampunan kepada Sang Pencipta. Oleh karena itu, apem bukan sekadar makanan manis, tetapi juga bagian dari budaya dan tradisi yang kaya di Yogyakarta.

Saat Anda berada di Jogja, mencicipi apem bisa menjadi pengalaman kuliner yang tidak hanya memanjakan lidah tetapi juga memperkaya pemahaman Anda tentang budaya lokal. Jadi, jangan lupa untuk menyempatkan diri menikmati apem saat Anda menjelajahi pesona Yogyakarta.

Apem Jogja, Manisnya Kue Tradisional dari Kota Kenangan
Proses Pembuatan Apem Jogja, Sumber: Twitter @BerandaJogja

Di Yogyakarta, kue apem memiliki peran penting dalam berbagai acara dan ritual tradisional. Biasanya, apem disajikan dalam upacara tasyakuran, upacara kehamilan, sunatan, pernikahan, hingga upacara kematian. Apem tidak hanya hadir sebagai hidangan lezat, tetapi juga mengandung nilai-nilai simbolik yang mendalam, seperti kesederhanaan dan pengharapan, terutama terkait permohonan ampunan kepada Sang Pencipta.

Salah satu tradisi yang melibatkan apem adalah pada bulan Ruwah, bulan yang jatuh sebelum bulan puasa atau Ramadhan. Pada bulan ini, masyarakat Yogyakarta mempersembahkan apem sebagai bentuk penghormatan dan mengenang leluhur mereka, disertai dengan doa-doa yang dipanjatkan dalam upacara ritual tersebut. Menariknya, apem yang dibuat dalam ritual ini berbeda dengan apem yang biasa dijual di pasar-pasar atau di tempat-tempat nongkrong.

Keunikan Apem Yogyakarta

Keunikan apem dalam upacara Ruwahan adalah penambahan daun dedep srep atau asrep yang ditempatkan di atas apem. Daun ini memiliki makna simbolis sebagai penutup atau pelindung, sehingga memberikan nilai lebih pada apem yang disajikan dalam konteks ritual tersebut. Penggunaan daun dedep srep ini tidak terbatas pada upacara Ruwahan saja, tetapi juga digunakan dalam berbagai sesaji lainnya. Menariknya lagi, jika apem ini dipesan oleh pihak Keraton Yogyakarta, apem tersebut tidak boleh dicicipi sebelum disajikan.

Apem ini dibuat dari bahan-bahan sederhana namun kaya rasa seperti tepung beras, telur, kelapa muda, gula pasir, ragi, dan sedikit garam. Namun, bagi apem yang dijual di pasaran, konsumen bisa memesan apem dengan variasi sesuai selera mereka. “Kalau mau pakai tepung tiwul juga bisa, biar apemnya itu meprel (pecah), lebih enak lagi kalau ditambahkan dengan irisan nangka,” kata Pak Doni, seorang penjual apem legendaris di Jogja.

Apem Jogja, Manisnya Kue Tradisional dari Kota Kenangan
Apem Jogja, Sumber: Twitter @area_jogja

Dengan segala nilai budaya dan cita rasanya yang khas, apem tidak hanya menjadi simbol kuliner tradisional Jogja, tetapi juga sebuah medium yang menghubungkan masyarakat dengan tradisi dan leluhur mereka. Saat Anda berada di Yogyakarta, mencicipi apem bisa memberikan Anda pengalaman yang lebih dari sekadar menikmati makanan—itu adalah sebuah perjalanan budaya yang kaya akan makna.

Doni adalah penerus generasi kedua dari ibunya dalam menjalankan usaha apem, sebuah warisan keluarga yang telah mengakar kuat di Yogyakarta. Usaha apem yang kini dikenal dengan nama “Apem Beras Bu Wanti”—diambil dari nama istrinya—telah didirikan sejak tahun 1990-an. Usaha ini telah menjadi salah satu ikon kuliner legendaris di kota budaya ini, menawarkan rasa manis dan gurih yang tak terlupakan.

Setiap hari, Doni setia menjaga tradisi keluarga dengan berjualan di salah satu kios di Pasar Ngasem, Yogyakarta. Kios ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang sebuah usaha yang telah melewati berbagai generasi. Apem yang dijual oleh Doni memiliki bentuk bulat pipih yang khas, dengan rasa yang memadukan manis dan gurih yang sempurna. Setiap gigitan dari apem ini seolah membawa Anda pada sebuah perjalanan rasa yang kaya akan sejarah dan tradisi.

Membayangkan Anda menikmati apem ini di sepanjang Jalan Malioboro, sebuah jalan yang penuh dengan kenangan, bisa menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Meskipun Anda harus menempuh perjalanan terlebih dahulu ke Pasar Ngasem untuk membelinya, usaha tersebut pasti sepadan dengan hasilnya. Setiap potong apem dari kios Doni seolah menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini, membawa Anda lebih dalam ke dalam jiwa Jogja yang penuh dengan pesona dan kehangatan.

Menikmati apem sambil berjalan-jalan di Malioboro bukan hanya tentang mencicipi makanan tradisional, tetapi juga meresapi atmosfer Jogja yang khas sebuah kota yang selalu berhasil meninggalkan jejak mendalam di hati para pengunjungnya. Dengan setiap gigitan, Anda semakin merasakan kedekatan dengan budaya dan tradisi lokal yang telah terjaga selama bertahun-tahun. Jogja, dengan segala keindahan dan kekayaannya, akan selalu terbenam di dalam jiwa Anda, memberikan kenangan yang indah dan tak terlupakan. Selamat bersenang-senang dan nikmatilah setiap momen Anda di kota yang menawan ini. []

Redaksi08

About Rara

Check Also

Grebeg Tahu Sumbermulyo: Tradisi Unik, Gunungan Tahu Jadi Pusat Perayaan

JOMBANG – Warga Desa Sumbermulyo, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang memiliki tradisi yang berbeda dari biasanya, …

Tari Topeng Kaliwungu: Warisan Budaya Pendalungan dari Lumajang

LUMAJANG – Tari Topeng Kaliwungu merupakan salah satu kekayaan budaya yang tumbuh dari akar kerakyatan …

Pemerintah Desa Kudubanjar Promosikan UMKM Lokal dalam Tradisi Tahunan Sedekah Bumi

JOMBANG – Desa Kudubanjar, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, terus melestarikan tradisi tahunan sedekah bumi yang …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *